Hai ...hai...
Sebenarnya ini pengalaman aqu di hari kemarin. Tepatnya pada acara pernikahan teman qu (yang ngadain prosesi siraman dua hari lalu). Ada yang menarik pada acara tersebut. Tentunya aqu mengikuti dari proses awal akad nikah. Mempelai pria mengucapkan ijab-qabul dari wali mempelai wanita dengan mantap. Jadi bergetar mendengarnya. Menunjukkan keyakinannya pada calon mempelai wanita yang akan dipinang (apalagi kalo aqu dengar calon suami qu mengucapkan janji ijab-qabul ya..pasti bisa nangis deh..it's amazing moment in life).
Setelah itu prosesi sungkeman dan foto-foto (mumpung lagi jadi ada pengantin, pada narziz). Sebelum naik ke pelaminan untuk disandingkan, kedua mempelai harus melewati rangkaian adat jawa (maklum, yang jadi penganting wong jawa). Salah satunya adalah Pesanggih (mudah2an bener tulisan dan lafadznya). Sebenarnya kurang ngerti juga maksud dan tujuan dari rangkaian adat ini. Tapi aqu akan mendeskripsikan urutan acaranya.
Awalnya kedua mempelai di pisah untuk kemudian dipertemukan. Mereka berjalan dari kedua arah yang berlawanan kemudian dipertemukan pada sebuah titik. Didampingi keluarga dari kedua belah pihak, kedua mempelai berjalan perlahan. Ketika dipertemukan, mempelai pria melempar kembang. Ujar pemandu adat, sang mempelai pria tidak boleh salah lempar. Harus tepat sasaran pada mempelai wanita. Kalau salah lempar, nanti cintanya terbagi (itu kata pemandu adatnya lhoo). Setelah itu prosesi menginjak telur. Mempelai pria menginjak telur lalu kakinya dibersihkan oleh mempelai wanita. Itu sebagai wujud tanda bakti seorang istri terhadap suami. Selesai itu, kedua mempelai digiring ke pelaminan. Sebelum duduk dipelaminan, kedua mempelai dipangku oleh wali mempelai wanita (seharusnya dipangku oleh ayahanda mempelai wanita, tapi karena ayahanda mempelai wanita telah tiada jadi diwakilkan). Ketika ditanya, "Lebih berat yang mana ?", " Sama berat" jawab wali mempelai wanita (pasti kakinya ringsek gara2 mangku kedua mempelai..hehe). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga tidak membedakan kasih sayang. Baik menantu atau anak sendiri tetap diberi kasih sayang seperti anak kandung.
Kemudian kedua mempelai suap-suapan. Tapi bukan perebutan ayam, mereka cuma minum dari gelas. Tapi saling suap-suapan. Seru juga liatnya. Terakhir, acara bagi-bagi rejeki. Disini, diibaratkan seorang suami yang pulang kerja membawa rejeki untuk keluarga tercinta. Tapi rejekinya tidak hanya untuk keluarga inti tapi juga memberikan keberkahan untuk keluarga yang lain. Jadi di gambarkan, salah seorang pemandu adat berjalan sambil berjoget diiringi lagu khas jawa sambil memanggul pikulan berisi perkakas rumah tangga. Ada panci, penggorengan, ulekan, baskom, piring, parutan, sendok kue, sodet, dll. Pemandu adat tersebut berjalan sambil berjoget ria sampai ke pelaminan. sesampainya di pelaminan, pikulan tersebut boleh diperebutkan oleh para tetamu. Ini juga simbol keberkahan. Bagi gadis yang belum dapat jodoh bila mendapat salah satu perkakas tersebut bisa segera mendapatkan jodohnya. Bagi ibu-ibu yang belum punya menantu bisa segera dapat menantu.
Tapi kalau bagi aqu siy cuma sekedar ngeramein acara aja sembari mengharapkan bisa dapat salah satu dari perkakas tersebut (lumayan buat nambah koleksi dapur mommy). Niat awal siy mau ikutan perebutan. Tapi apa daya niat tak kesampaian. Gara-gara liat ibu-ibu yang sangar abis mau ikutan perebutan (lebih sangar daripada anak mudanya) hati jadi ciut duluan. Takut kesenggol jatuh. Secara ibu-ibu lebih pengalaman perebutan barang-barang diskon..hehehe. Mana pakai sepatu hak 5 cm, lumayan khan kalau jatuh bisa lecet. Akhirnya duduk manis di kursi tamu sambil ngeliat orang-orang pada perebutan.
Tiba-tiba dari arah depan ada yang menghampiri sambil berujar, "Ka, ini buat kakak". Ternyata adik mempelai wanita memberikan baskom koleksi perkakas yang jadi perebutan ibu-ibu itu. Sumringah menyambutnya, "Terimakasih adik cantik, kamu memang baik. Masih aja ingat sama kakakmu yang satu ini".
Tidak beberapa lama kemudian, "Ini bagian buat kamu". Seorang teman menyodorkan sebuah perkakas sendok kue. Kembali berkembang senyumku. Emang rejeki ga akan kemana, batinku. Ternyata Allah mendengar jeritan hatiku (lebay..) bahwa diri ini tak sanggup untuk perebutan jadi Ia menyampaikan rejeki itu lewat orang lain. Alhamdulillah.
Kemudian salah seorang teman berujar, " Kalau perkakasnya diambilin melalui orang lain, berarti kamu ga ada usaha donk untuk nyari jodoh dengan caramu sendiri? ". Ternyata ia mengaitkan rejeki perkakas itu dengan simbol bahwa anak gadis akan segera dapat jodoh kalau bisa dapat salah satu dari koleksi perkakas itu (padahal bagi aqu cuma sekedar nambahin koleksi dapur emak..wkakaka). Dengan tenang aqu jawab " Ada kok usahanya, khan aqu udah minta sama Allah lewat doa. Kemudian Ia mengabulkannya lewat seseorang yang menjadi perantara untuk memuluskan jalanku mencari jodoh. Jadi aqu ga pakai proses pacaran".
Over all..seru juga mengikuti serangkaian acara tersebut. Tapi bagi aqu, my wedding just chiq n simple.
Thats all 4 today.. see u